BURUNG MANGUNI
SUKU TOU MINAHASA
Awalnya bumi masih belum berbentuk dan kosong akhirnya sang pencipta yakni Allah atau tou minahasa menyebutnya dengan Si Makatana atau si Tuan Tana artinya sama halnya dengan si pemilik tanah yang lebih di kenal dengan sebutan OPO EMPUNG akhirnya menciptakan isi bumi dengan berbagai benda, tumbuhan dan mahluk hidup
termasuk manusia yang di serahkan untuk menjaganya. Hal tersebut masuk sesuai pada hari
ke 6 penciptaan Allah (Opo Empung) dan akhirnya Allah melihat semua isi ciptaannya sungguh amat baik adanya dan Allah menguduskannya. Dari pengertian tadi bahwa manusia hidup
bukan hanya sendiri tetapi di beri oleh Allah bermacam-macam kelengkapan hidup
yang intinya demi kelangsungan hidup atau mata rantai kehidupan yang saling mendukung dari satu ciptaanNya keciptaannya yang lain dan itulah kehendak Allah agar keseimbangan dalam kehidupan di bumi ini tercipta.
Pengertian di atas ternyata di dalam kehidupan ini Allah bermaksud bahwa dari setiap ciptaannya tidak lepas dari mata rantai tadi yang saling menunjang demi kelangsungan hidup masing-masing ciptaaannya termasuk mahluk yang di beri kuasa untuk menjaganya dan melebihi dari semua ciptaan yakni manusia. Dari peristiwa ini kita dapa melihat
bahwa dalam kehidupan ini untuk mencapai kesinambungan hidup di perlukan suatu media atau yang menjembantani dari mata rantai kehidupan satu keberikutnya, itulah hidup.
MEDIA
BURUNG MANGUNI yang merupakan suatu jembatan penyambung informasi antara ALLAH
sebagai sang pencipta dengan mereka sebagai manusia. Dalam tradisi kepercayaan leluhur Tou minahasa yang kita bisa ambil contoh dan merupakan ada unsur kesamaan di atas adalah kepercayaaterhadap tanda-tanda bunyi makhluk hidup lainnya dalam hal perbintangan, hewan maupun burung-burung contoh burung manguni
yang di yakini sebagai burung pembawa kabar baik maupun tidak baik di dalam setiap perjalanan hidup mereka dan mereka menyakini tanda-tanda tersebut adalah benar yang berasal dari sang pencipta (0p0 Empung). Dan kebiasaan tradisi mendengar tanda bunyi burung manguni telah di wariskan samapai ke pada genderasi sekarang yang masih tetap di pelihara. burung manguni bagi tou minahasa tentu tidak akan pernah lepas dari kehidupan sehari-hari dan bahkan sampai sekarang di pakai sebagai simbol taou minahasa.
Pengertian nama burung manguni masih ada tou minahasa yang memperdebatkan dan sering terjadi perbedaan pendapat di masyarakat yang terkesan ada yang pro dan kontra.
Masih ada yang menganggap bahwa Burung Manguni merupakan Burung Hantu hal ini adalah sangat keliru burung manguni sebenarnya bukan burung hantu,karena nama burung hantu bukan berasal dari minahasa melainkan berasal dari luar. Orang luar minahasa menyebut dan memberi nama burung hantu karena kehidupannya di malam hari dan raut matanya melotot terkesan seram seperti hantu maka dari itu di juluki sebagai burung hantu padahal tidak. Bagi tou minahasa BURUNG MANGUNI itulah nama aslinya, dan bukan Burung hantu.karena kalau disebut hantu tempatnya bukan di bumi ini tetapi di alam lain ,serta hantu tidak berdaging bahkan bertulang serta tidak kelihatan wujud fisik mereka.
Selain tradisi burung manguni tou minahasa juga sangat meyakini benda-benda merupakan ciptaan Tuhan sang pencipta sebagai MEDIA yang menjembatani suatu informasi antara ciptaannya manusia contohnya benda ciptaannya berupa bintang-bintang, bulan, bebatuan dan lain sebagainya.Bagi tou minahasa tradisi melihat bintang maupun bulan di yakini merupakan tanda Allah berupa petunjuk masa-masa,hari-hari, dan tahun-tahun dan juga member pertanda baik atau tidak bercocok tanam maupun mencari ikan di laut.Hal ini bila kita kaitkan dengan firman Tuhan pada alkitab ternyata sesuai dengan kitab Kejadian 1:14-15 serta kitab Matius 2:1-2 tentang tanda bintang di timur hal ini bintang merupakan sebagai perantara media petunjuk dari Allah kepada manusia.
Bila kita mengamati ternyata tradisi leluhur tou minahasadalam menerapkan hidup keseharian dengan mengandalkan tanda-tanda alam ternyata benar adanya dan sesuai apa yang tertulis pada firman Tuhan dalam Alkitab. Hubungan keimanan mereka dengan Tuhan yang mereka sebut Opo Empung tentu sangat dekat. Sikap tersebut merupakan ciri khas jati diri tou minahasa saat itu serta mereka belum terpengaruhi oleh hubungan dengan datangnya bangsa asing di tanah minahasa jadi benar-benar belum terkontaminasi budaya asing.Tradisi leluhur seperti ini masih ada tou minahasa yang tetap mempertahankan sampai di zaman sekarang
MENURUT AHLI BUDAYA TOU MINAHASA
Menurut para ahli budaya Minahasa, kedekatan orang Minahasa dengan burung Manguni terjadi pasca peristiwa air bah reda. Ketika itu mereka disuruh pergi ketanah yg dijanjikan Opo Empung Walian Wangko. Mereka tidak tahu jalan dan dibimbing oleh Burung Manguni Makasiyow (makasiou). Setiap burung Manguni melakukan 'hoot' nya (bunyi suara) nyaring mengalun dan dilakukan berturut 3 kali 9 ( 'telu makasiou' ) maka pertanda kemenangan terbaik dan tanda ini dipakai ketika menemukan tempat awal untuk ditinggali serta sering juga pertanda baik untuk menyerang dalam perang dan dipastikan akan menang yang juga bisa mengabulkan keinginan. " 3 (telu) memiliki arti 3 kekuatan Tuhan, Alam, Manusia. 3 itu sendiri mengandung arti 9 kekuatan 3x3=9. Angka suci suku Minahasa 999 angka sempurnah kebalikan angka manusia 6." Selain itu, setiap keturunan nenek moyang Minahasa Toar-Lumimuut ketika lahir ditandai dari bunyi Burung Manguni.
ADA PUN KEPERCAYAAN SUKU MINAHASA
TENTANG BUNYI BURUNG MANGGUNI SEBAGAI CERITA RAKYAT TURUN TEMURUN DI TOU MINAHASA.
Bunyi burung Manguni lainnya yang mempunyai arti jika BERBUNYI (bersuara) tertentu apa bila kita mempunyai tujuan maksud kepada orang yang kita tuju atau kita maksudkan akan menyebabkan orang yang kita datangi akan tertidur, (hutang piutang) atau akan membuat kita hilang sementara, menjadikan amat berwibawa dimana segala keinginan kita terhadap seseorg pasti dikabulkan, membakar rumah, membunuh orang yang tidak kita sukai, dan membuat pasangan lawan jenis jatuh hati dll.
Yang terakhir pada masa sekarang ini bunyi burung manguni ini jarang diajarkan oleh leluhur atau tetua kampung kepada genderasi muda sekarang ini sebab takut di salah gunakan atau di pakai untuk niat tidak baik dll.
Tradisi leluhur seperti ini masih ada di tou minahasa yang tetap mempertahankan sampai di zaman sekarang karena mereka tahu dengan benar apa sebenarnya apa tradisi dari budaya mereka sendiri tersebut yang sudah di tanamkan di dalam diri mereka sejak kecil sampai dewasa namun tidak menutup kemungkinan sudah banyak pula yang sama sekali tidak perduli dengan tradisi adat budaya mereka akibat pengaruh zaman yang begitu pesatnya Semoga Pemahaman tentang tradisi adat dan budaya tou minahasa tidak dapat di salah artikan dari kebenarannya dan dapat kita pertahankan demi keutuhan tanah adat minahasa yang tercinta.
By_PAS : PAULUS ADRIAN SEMBEL.